Mengapa Aku Diciptakan? Apa itu Mengabdi dan Menyembah?
Pada tulisan
ini, saya ingin membagi sebuah fakta
kepada teman teman sebagai sebuah sarana melatih akal pemikiran kita terhadap
luasnya wawasan didunia ini. terkait
prihal untuk apa dan kepada siapa seharusnya kita hidup.
Mungkin
sering kita berpikir untuk apa kita diciptakan dan mengapa kita harus terlahir
sebagai manusia? Dan itu adalah pertanyaan saya dikala diri saya sedang
terpuruk, disaat saya merasa tidak berguna dan sia sia. Namun ternyata ini
bukanlah sebuah pertanyaan yang sepele, melainkan ini adalah awal kita untuk
memulai sebuah semangat baru, pertanyaan untuk mengubah kehidupan lama kita
menjadi sebuah kehidupan yang berbeda
Jadi
Mengapa kita Diciptakan? Dan untuk Apa?
Ini adalah topik pembahasan yang akan kita ungkap pada blog saya
kali ini. Tentu saya tidak ingin mempermasalahkan tentang sebuah perbedaan yang
ada, tetapi perlu kita yakini jika semua yang telah dititpkan kepada masing
masing utusannya adalah sebuah titipan yang baik dan akan menjadi jalan keluar
untuk kita dikehidupan kita sekarang. Maka dari itu saya ingin sediit mengulas
tentang salah satu ayat yang ada di Al-quran mengenai pertanyaan kita diawal,
surat az-zariyat (51) : 56
wamaa khalaqtu aljinna
waal-insa illaa liya'buduuni
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan Manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku
Disurat diatas kata ‘aku’ itu mengartikan sebuah kata yang merujuk kepada sang pencipta. Ia menciptakan jin dan manusia untuk senantiasa beribadah kepadanya. Perlu diamati teman teman, penafsiran kata liya’buduun sering diartikan dengan kata menyembah atau beribadah sedang jika kita melihat dari segi tata bahasa arab, kata a’bud itu berasal dari kata abada atau abdi, jadi Allah menciptakan kita untuk mengabdi kepadanya.
Apa Perbedaan Menyembah dengan Mengabdi?
Dapat teman teman pahami semuanya, jika kata mengabdi dengan
menyembah tentu sangat berbeda esensi dan maknanya. Kata menyembah menurut
kamus bahasa Indonesia adalah Memuja Sesuatu. Contohnya adalah Menyembah Berhala, Menyembah Matahari, Menyembah Patung
Sedang kata mengabdi adalah sesuatu bentuk penghambaan diri
terhadap sesuatu dimana kita rela membaktikan diri kita layaknya seorang TNI
yang berbakti kepada negara, yang mana mereka rela mengorbankan diri mereka
hanya untuk pengabdian terhadap negeri.
Allah adalah yang menciptakan kita semua, menciptakan alam semesta
dan isinya tapi bagaimana jadinya jika kita hanya sekedar mengagungkannya tanp`a
menjaga ciptaannya. Perumpamaannya seperti kita menciptakan sebuah mesin, tentu
kita ingin mesin itu berguna untuk orang lain, meringankan pekerjaan dan memberi
manfaat kepada orang banyak. Tapi bagaimana jadinya jika mesin yang kita
ciptakan itu tidak mau taat dengan perintah kita, dia hanya memuji kita sebagai
sang pencipta mesin itu namun justru membuat kerusakan terhadap yang lain.
bagaimana perasaan kalian teman teman ku? Tentu kalian akan mengatakan jikalau kalian
akan marah, kalian kecewa. Ya, itu perumpamaan bilamana kita seorang manusia,
lalu bagaimana dengan sang pencipta?
Kita Hidup untuk Mengabdi
Esensi sebuah Pengabdian itu sangat tinggi, Kita diciptakan Allah dalam rangka mengabdi kepadanya sebagai Tuhan yang Maha Esa, Tuhan yang satu. Mengabdi sebagai satu kesatuan di Alam Semesta, menjadi penyeimbang diBumi ini bukan justru menjadi pengrusak. Disaat kita merasa mengabdi kepada sang pencipta, kita akan sangat begitu menghormatinya, menjaga ciptaannya, dan mengikuti apa yang ia telah perintahkan melalui utusannya serta aturan secara tulis dalam bentuk kitab.
Mari kita Baca Kondisi saat ini, pertanyaannya adalah bagaimana kondisi saat ini? semua manusia seolah menjadi rakus dan merusak segala ciptaan Tuhan, seolah olah mereka lupa akan penciptanya. Tentu kesalahpahaman makna antara Mengabdi dan Menyembah ini sangat bergantung dengan kesinambungan kehidupan kita ini bukan. Wajar jika teman teman punya pertanyaan demikian, kerusakan
dunia, ketidaknyamanan akan kehidupan, kekhawatiran, dan segala bentuk yang
membuat teman teman tertekan hingga merasa tidak berguna. Namun tuhan masih
bersama Teman teman, ia adalah wajah dari alam semesta ini, tinggal bagaimana
bentuk ‘pengabdian’ kita kepadanya
Kembali saya ingatkan kepada teman teman ku semua, tulisan ini
mengingatkan kepada kita semua agar kita sadar betapa pentingnya sebuah kata
demi kata yang ada di sebuah kitab. Mari kita kaji bersama dan kita pahami
menggunakan akal sehat kita.
kehidupan ini bagaikan sebuah drama yang mana kita adalah sebagai
pemain, Allah sebagai sang sutradara, dan Kitab sebagai skenarionya. Jika kita
ingin menjadi pemain yang baik tentu kita akan membaca skenario dengan baik dan
memahami betul rinci ekspresi yang ada diskenario tersebut. Sama seperti Kitab,
jika kita ingin menjadi manusia yang baik maka kita harus terus membaca serta
memahami skenario yang sudah Allah berikan. bukan hanya menjadi tumpukan tanpa diperdulikan
yang nantinya hanya akan membuat kita menjadi manusia pengrusak Alam semesta
sampai bertemu ditulisan saya berikutnya
Komentar
Posting Komentar