Antara Qalbu, Hati, dan Akal
Hallo teman teman semua, pada tulisan saya kali ini saya akan membagikan sesuatu hal yang mungkin sudah sering teman teman dengar, ya benar antara Qalbu, Hati dan Akal. Mengapa saya mengangkat topik ini? karena ternyata kedua hal ini memiliki sesuatu yang sangat berbeda antara kata dan pemahamannya. Mari bersama sama kita membaca, mencerna dengan logika sehingga dapat dipahami kedalam pikiran
Apa itu Qalbu?
Teman temanku semua, tentu kalian semua sudah pernah mendengar tentang ucapan 3 kata diatas dalam pelajaran Agama, biologi, atau pelajaran kesehatan. Ya, bahkan selain itu Kata kata ini begitu sering keluar dibeberapa ayat yang ada di Al-Quran. Salah satunya pada surat Al-Israa (17) ayat 36.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Didalam surat Al-Isra (17) ayat 36 dijelaskan jika Allah memberikan 3 sarana berupa Pendengaran, penglihatan dan Hati. Ketiga saran ini akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah kelak, tapi bagaimanakah bentuk pertanggung jawaban itu. dikalimat sebelumnya, Allah mengatakan kepada kita untuk tidak mengikuti sesuatu yang kita tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Lalu apakah hubungan pengetahuan dengan 3 sarana tadi? Jawabannya ada disurat Al-Araaf (7) ayat 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
wa laqad żara`nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-insi lahum qulụbul lā yafqahụna bihā wa lahum a'yunul lā yubṣirụna bihā wa lahum āżānul lā yasma'ụna bihā, ulā`ika kal-an'āmi bal hum aḍall, ulā`ika humul-gāfilụn
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Dalam surat diatas disebutkan mengenai 3 sarana yang diberikan Allah beserta fungsinya, Dapat kita tarik 3 point Diantaranya;
· Mata sebagai penglihatan digunakan untuk melihat tanda tanda kekuasaan Allah,
· Telinga sebagai sarana pendengaran difungsikan untuk mendengar tentang ayat ayat Allah
· Hati untuk memahami ayat ayat Allah.
Teman teman, Kita harus perhatikan betul dalam ayat tersebut disebutkan kata ‘lahum qulụbul’ atau Qalbu yang diartikan kedalam bahasa Indonesia hati, mempunyai Fungsi sebagai sarana memahami ayat ayat Allah. Yang membuat saya tertarik adalah apa fungsi hati sebenarnya, mengapa hati digunakan sebagai sarana memahami
Apakah fungsi hati sebenarnya?
Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal
ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa
racun oleh hati disebut proses detoksifikasi. (Sumber. Wikipedia)
Hati merupakan organ tubuh yang terletak didalam
rongga perut yang mempunyai fungsi menetralisir racun serta mengatur komposisi
darah didalam tubuh, lalu dimana fungsi hati sebagai tempat memahami ayat?
Harus teman teman ketahui, bahwa Allah menurunkan
kitab dengan 2 tipe gaya bahasa, yaitu Muhkam (ayat langsung) dan Muhtasyabihat
(sebuah ayat perumpamaan) seperti yang tertulis pada surat Al-imran (3) ayat 7
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
huwallażī anzala 'alaikal-kitāba min-hu āyātum muḥkamātun hunna ummul-kitābi wa ukharu mutasyābihāt, fa ammallażīna fī qulụbihim zaigun fayattabi'ụna mā tasyābaha min-hubtigā`al-fitnati wabtigā`a ta`wīlih, wa mā ya'lamu ta`wīlahū illallāh, war-rāsikhụna fil-'ilmi yaqụlụna āmannā bihī kullum min 'indi rabbinā, wa mā yażżakkaru illā ulul-albāb
Artinya : “Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.”
Maksud dari Hati sebagai sarana pemahaman itu termasuk kedalam sebuah kata Muhtasyabihat yang mana adalah sebuah perumpamaan atau maksud lain dibalik kata itu. organ didalam tubuh kita yang memiliki fungsi sebagai sarana memahami dan mencerna suatu maksud ada pada kepala kita. ya betul, jawabannya adalah Otak sebagai sarana berpikir, memahami, sampai mengkoordinir seluruh anggota tubuh
Qalbu adalah Akal
Jadi teman teman, kembali pada surat Al – isra (17) ayat 36 mengenai perihal fungsi Qalbu sebagai sarna memahami ayat ayat allah. Dapat kita simpulkan Jika yang dimaksudkan dari Qalbu tersebut adalah Akal pikiran kita yang berasal didalam otak kita. karena jika kita berpikir dengan logika, bagaimana caranya sebuah qalbu yang diartikan sebagai hati dapat memahami sebuah ayat?
Fungsi organ yang mengatur serta mengkoordinir tubuh berasal dari kepala kita, semua sistem syaraf terhubung kedalam otak lalu disalurkan keorgan organ lainnya. Tentu bagaimana kita dapat tahu jika didalam organ dalam kita terdapat luka jika sistem syaraf didalam otak terganggu, begitu pula dengan hubungan antara 3 sarana yang Allah berikan kepada kita
Penglihatan, Pendengaran, dan Akal
Ketiga sarana ini merupakan 3 sarana penting dalam sebuah pemahaman kewahyuan, bagaimana tidak? Allah memberika mata yang berfungsi untuk melihat, sehingga kita dapat membaca segala bentuk firman firman yang diberikan oleh Allah, begitu pula dengan Telinga, kita bisa mendengar yang mana dari kedua sarana ini akan disalurkan kedalam akal pikiran kita yang ada diotak. Didalam akal kita, semua yang sudah kita lihat yang sudah kita dengar tadi diolah sehingga menjadi sebuah pemahaman yang nanti akan disimpan kedalam memori otak.
Perlu kita syukuri tentang apa yang sudah Allah berikan kepada kita, salah satunya adalah Penglihatan, pendengaran, dan Akal sehingga kita dapat mengetahui serta merasakan segala bentuk nikmat yang sudah Allah berikan dialam semesta ini. Semua sudah diberikan oleh Allah kepada manusia, permasalahannya bagaimana bentuk rasa syukur kita kepada sang pencipta? Karena tidak semua manusia mau memfungsikan 3 sarana ini sebagaimana mestinya.
Teman teman, ini menjadi sebuah renungan diri kita terhadap ramainya porak poranda dunia. sebuah kunci kehidupan sebenarnya tidak jauh dari tempat kita, jika kita ingin damai mari kita kembalikan kepada sang pencipta, dengan apa? Dengan membaca, memahami, lalu mencerna apa yang sudah Allah berikan melalui sang utusannya yaitu Kitab.
Semoga dengan Tulisan kali ini dapat menabah semangat kita dalam memahami ayat ayat yang sudah Allah berikan.
Sampai jumpa ditulisan saya berikutnya.
Komentar
Posting Komentar