Dimensi Allah untuk Alam Semesta




Siapa yang tidak tahu sang pencipta? semua orang pun tahu siapa yang menciptakan seluruh makhluk dialam semesta ini, bahkan sedari kecil kita sudah diajarkan untuk mengenal siapa sang pencipta kita. Tapi apa teman teman tahu bagaimanakah dimensi sang pencipta untuk Alam semesta ini?

Ya, Hallo teman teman, kita bertemu lagi dalam blog ini yang tentu saja kita akan membahas sesuatu yang akan membuka pola pikir teman teman semua keranah yang lebih luas. Pembahasan ini berkaitan dengan sesuatu yang sangat penting dimuka bumi ini, Karena dialah kita ada disini, teman teman bisa membaca tulisan ini, dan karena dia juga alam semesta ini ada, ya dia adalah pencipta kita


.
Siapakah Pencipta kita?

 Sebenarnya saya yakin betul teman teman sudah banyak yang tahu atau mungkin hampir semua telah mengetahui siapakah pencipta kita, pencipta alam semesta dan isinya. Ya benar, dia adalah Tuhan. Tentu anda semua yakin jika hanya satu pencipta dialam semesta ini, hanya saja dia menitipkan kepada beberapa orang tertentu untuk memperbaiki segala kerusakan yang ada dibumi ini.

Tuhan atau kita tahu Allah memiliki banyak sebutan disesuaikan dengan bahasa dan tempat disebutkannya. seperti diIndonesia, Allah disebut sebagai Tuhan karena menggunakan bahasa Indonesia yang Formal. Dalam bahasa Inggris Allah akan disebut God, Yahwe dalam bahasa Ibrani, Shin dalam bahasa Korea dan berbagai macam bahasa lainnya.

Kita tentu tahu Allah sebagai sang pencipta kita, pencipta alam semesta ini, tetapi ternyata dimensi Allah tidak hanya sebagai sang pencipta Alam Semesta. Lalu apakah Dimensia Allah atau Tuhan yang Maha Esa dialam semesta ini? dan apakah kaitannya dimensi tersebut dengan kehidupan kita dialam Semesta?


Apa Dimensi Allah dialam semesta ini?


            Teman teman jawaban dari pertanyaan ini bisa kita lihat pada surat Al-Fatiha, mengapa surat Al-Fatiha? Karena Al-Fatiha merupakan induk Alquran yang mana didalamnya berisi inti sari dari Al-quran yangmana nanti akan dijabarkan pada isi Alquran itu sendiri. Mari bersama sama kita membuka surat pembuka alquran yaitu al-fatiha (1) : 1 – 5. 


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Artinya : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Yang pertama adalah Allah sebagai Rabb,

Dalam point ini Allah merupakan sang pencipta, pengatur, dan pendidik Alam semesta. Sifatnya yang Rahman membuat dia memberikan semuanya kepada makhluk ciptaannya tak peduli ciptaannya itu baik atau buruk, tak peduli ras, umur, atau yang lainnya, Dia tetap memberikan nikmatnya secara gratis. namun selain itu Allah mempunyai sifat Rohim yaitu penyayang, semua akan dia berikan nikmatnya tapi belum tentu semua manusia akan disayang olehnya





مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

maaliki yawmi alddiini

Artinya : “Yang menguasai di Hari Pembalasan”


Kedua, adalah posisinya sebagai Malik atau penguasa. 

Allah merupakan pencipta bumi / alam semesta ini. Allah lah yang menguasai bumi Alam Semesta yang begitu besarnya. Sekarang saya akan membawa teman teman kepada sebuah perumpamaan singkat mengenai rasa sebuah kepemilikan. Bayangkan jika kalian menciptakan suatu barang tentulah kalian yang memiliki barang itu sepenuhnya dan tidak boleh orang lain mengambil alih nama dari ciptaan kalian. Lalu sekarang bayangkan jika ada segelintir orang mengambil karyamu? Merusak barang yang kau ciptakan dengan kaki tangan mereka, Bagaimana perasaan kalian saat ini, dan itulah yang terjadi sekarang.

            Allah menciptakan alam semesta ini dengan memberikan kehidupan untuk makhluknya, mengatur dengan sedemikian rupa sehingga tercipta keharmonisan dialam semesta. Namun dengan rakusnya manusia mengambil alih ciptaannya dengan mengatas namakan sebuah kepemilikan bahkan mereka membuat peraturan peraturan diatas peraturan sang pencipta untuk bisa mengatur kehidupan manusia lain. Bayangkan bagaimana kehidupan jika manusia, makhluk yang tidak sempurna mengatur manusia lain yang tidak sempurna, wajar saja jika banyak kerusakan terjadi dialam semesta ini.


Mari kita perhatikan surat Al-Maidah (5) : 45

وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيْهَآ اَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْاَنْفَ بِالْاَنْفِ وَالْاُذُنَ بِالْاُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّۙ وَالْجُرُوْحَ قِصَاصٌۗ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهٖ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهٗ ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya : “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim

            Teman teman mari kita renungkan bersama. Diayat tersebut jelas sekali jika seseorang yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah maka dia adalah orang zalim. Bagaimana kondisi kita saat ini atau bahkan kondisi dunia saat ini, begitu memprihantikan. Manusia membuat aturan aturan diatas tangan mereka untuk mencoba mengatur dan menguasai alam semesta ini hanya untuk kepuasan pribadi mereka.





اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

iyyaaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iinu

Artinya : “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”


Yang Ketiga, Allah sebagai Ma’bud dan Illah

            Kembali kepada kedudukan Allah di Alam semesta ini, yang ketiga adalah Allah sebagai Al Ma’bud  dan Illah. Al Ma’bud berarti sesuatu yang diabdi; Yang ditaati; Yang diPatuhi. Hanya Allah lah yang. Sedang Illah berarti Tuhan; yakni sesuatu yang dicintai; sesuatu yang dikagumi; dan sesuatu yang ditaati keinginannya.

            Kita hidup sesuai kemauan Allah, berprilaku menurut apa yang diinginkan Allah. Tapi mengapa kondisi sekarang masih sangan banyak perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia, mengapa? Jawabannya sederhana karena nafsu jahat mereka. Manusia memutar otaknya untuk bisa mendapatkan sesuatu yang ia inginkan dengan perbuatan jahat yang sebenarnya itu dilarang oleh Allah. Mari kita lihat surat Al-Furqan (25) atay 43-44


اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَۗ اِنْ هُمْ اِلَّا كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا
Artinya : “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu”


            Teman teman, semoga dari penjelasan 3 point singkat diatas dapat menjadi sebuah renungan pribadi kita. Bagaimana kondisi dunia saat ini, apakah manusia sudah betul memahami 3 dimensi Allah dialam semesta ini. bila mana sudah? Mengapa masih begitu banyak kerusakan yang terjadi dialam semesta ini, seolah olah manusia sudah lupa dengan siapa penciptanya. Manusia yang begitu rakus demi harta kekayaan semata. Manusia yang begitu dipuja sampai dia lupa bila diatas langit masih ada langit. Dan kita ini hanya seperti segelintiran debu, yang seketika bisa saja tuhan balikan atau tuhan ambil kita dari muka bumi ini.

            Perlu diingat, sebuah perbaikan tidak akan terjadi tanpa adanya sebuah perubahan. Dan perubahan tidak akan terjadi tanpa adanya pemahaman. Dan pemahaman tidak akan pernah teringat bila tidak ada kemauan manusia untuk membaca dan mencari tahu ilmu diAlam Semesta Ini. dan semua berawal dari diri kita sendiri


Perubahan yang besar dimulai dari perubahan yang kecil, yaitu diri sendiri



Sampai jumpa ditulisan berikutnya





Komentar

Postingan Populer